Review Korean Movie: Kim Ji Young: Born 1982 (2019). (perjuangan perempuan yang hidup dalam patriarki)

by - Desember 23, 2019

Lama banget aku ngga pergi ke Bioskop terakhir kali aku ke bioskop itu nonton film Avengers End Game. Ngga tahu kenapa sekarang aku merasa sudah berada  ditahap "males" pergi ke bisokop, Ngga kaya dulu yang setiap ada film baru dan lagi rame diomongin saat itu juga aku harus nonton. Gue ngga pengin nonton pas sudah ada di situs-situs nonton seperti layarkaca21, nah sekarang malah sebaliknya aku lebih seneng nonton streaming di layarkaca21 pas weekend daripada pergi langsung ke bioskop. Padahal sebenernya ngga boleh gitu ya, dan aku ngga selamanya ngga mau keluar duit untuk nonton koq kalau aku ada waktu, uang dan filmnya aku suka pasti aku ke bioskop tanpa harus nunggu film itu ada di layarkaca21. Nah karena film Kim Ji Young, Born 1982 yang bikin aku penasaran banget karena review yang terus berseliweran di timeline akhirnya tanggal 02 Des 2019 gue pergi ke CGV Transmart Cempaka Putih sama Mega sepulang kerja untuk nonton langsung. Dan akhirnya sekarang aku mau bikin Review Korean Movie: Kim Ji Young, Born 1982 tentang perjuangan seorang perempuan yang hidup dalam patriaki.




SINOPSIS

Kim Ji Young, Born 1982 menceritakan kisah seorang wanita bernama Kim Ji Young (Jung Yu-Mi) yang terpaksa keluar dari pekerjaanya karena hamil dan harus menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Sebagai wanita Korea biasa di usia 30-an, Kim Ji Young seringkali merasa berat menjalani keseharian sebagai seorang ibu rumah tangga. Meski kini menikah dengan pria yang dicintai, dia harus berusaha keras membesarkan anak perempuan mereka, hal yang membuatnya menanggalkan banyak hal dalam hidup.  

Ji-Young pun berusaha mengelak dari kenyataan dan menyakini bahwa ia baik-baik saja. Namun, suaminya, Dae-Hyeon (Gong Yoo) memperhatikan bahwa kehidupan telah membebani Ji Young lebih dari yang dia sadari. 

Tiba-tiba, Kim Ji Young mulai berbicara seperti ibunya, kakak perempuannya, dan orang lain. Dia sepertinya dirasuki oleh orang lain. Khawatir, Dae-Hyeon mendatangi psikiater dan mengatakan "Istri saya berubah menjadi orang lain" Apa yang terjadi dengannya?.

REVIEW.

Setelah menonton film ini aku langsung saja menelfon ibuku dan minta maaf karena sebagai anak aku belum bisa membalas apa yang sudah ibuku berikan (dan rasanya ngga akan bisa) , ngga tahu rasanya sedih banget. Karena di film ini ada beberapa adegan yang mengingatkanku pada ibuku. Misalnya pas adegan Kim Ji Young harus ikut pulang ke rumah ibu mertua untuk acara keluarga, pas awal pernikahan Kim Ji Young bilang pada suaminya kalau sebaiknya dia ngga usah ikut pulang karena di rumah mertuanya dia harus masak, beberes, dan menyiapkan keperluan lainnya saat yang lain sudah tidur kalau dia tidak melakukan itu semua akan dicap menantu pemalas, intinya Kim Ji Young capek dengan itu semua, tapi suaminya baru bilang kalau Kim Ji Young ngga usah ikut pulang ke rumah mertuanya sekarang saat Kim Ji Young sudah mulai terkena mental health. Aku melihat itu semua terjadi pada ibuku, yang bahkan harus beberapa waktu ikut dirumah mertua bukan hanya tekanan dari ibu mertua tapi juga dari beberapa saudara iparnya. Waktu itu aku masih kecil jadi aku belum bisa mengerti apa yang terjadi pada ibuku, aku sering mendengar ibuku menangis dikamar. Sekarang aku mengerti, kalau ibuku sebenernya lelah, capek pikiran, capek tenaga, dan hati tapi ngga tahu harus mencurahkan itu semua ke mana dan siapa. Maafin aku bu.



Di film ini menceritakan sosok perempuan dari berbagai sudut pandang mulai dari seorang anak, istri, ibu, menantu dan jadi dirinya sendiri. Karena saat ini aku masih sendiri jadi sudut pandang aku belum komplit belum bisa bercerita sebagai sosok ibu, istri ataupun menantu. Jadi aku akan bercerita hanya sebagai anak dan diriku sendiri.

Film ini benar-benar menunjukkan realitas perempuan yang pasti akan menjadi ibu dan seorang istri. Sempat membuatku berpikir bahwa aku juga akan membantah kehidupan Kim Ji Young karena aku juga sekarang sedang bekerja. Bahwa melepaskan apa yang sudah didapat saat ini pun tidak mudah untuk sebuah kehidupan yang baru. Memang film ini mengajak kita berpikir dan harus merencanakan dari sekarang. Apakah aku akan siap untuk melepaskan pekerjaan ini? Kalau aku tetap bekerja siapa yang akan menjaga anakku nantinya. Dilema-dilema yang aku pendam tapi mau tidak mau akan terjadi. Film ini benar-benar akan membuka pikiran kita sebagai wanita.

Meskipun jaman sekarang banyak sekali wanita yang juga bisa bekerja tetap menjadi ibu dan istri. Tapi, untuk calon ibu (muda) pasti dilema ini akan tetap datang. Belum lagi, di film ini juga ditunjukkan banyak sekali orang-orang yang suka menghakimi kehidupan orang lain. Ada suatu adegan ketika Kim Ji Young sedang menikmati kopinya sendirian sambil mengasuh anaknya langsung menjadi omongan gerombolan anak muda yang sedang break bekerja, mengatakan bahwa enaknya ia bisa menikmati kopi dengan uang hasil suaminya sedangkan mereka harus bekerja keras dahulu. Ada juga adegan "orang-orang tipe sama" yang protes karena coofe shop penuh dengan anak-anak dan bagaimana mereka harusnya mereka menikmati kopi saja di rumah.




Dengan total durasi 120 menit, film besutan sutradara Kim Do Young ini mampu mengemas cerita pahitnya hidup kaum perempuan dengan gamblang dan memuaskan. Sindiran terhadap budaya patriarki bahwa perempuan harus sibuk di rumah untuk mengurus kebutuhan keluarga mampu mewakili suara hati kaum perempuan yang sering dipandang sebelah mata.

Acungan jempol juga patut ditujukan pada keberanian film ini untuk menyindir sejumlah mindset yang sudah ketinggalan zaman. Seperti perempuan yang tidak menikah adalah perempuan yang aneh, anak laki-laki harus lebih disayang karena menjadi pemikul tanggung jawab. Bahkan, film ini juga menyindir mindset seperti, menjadi ibu rumah tangga sangat mudah dan menyenangkan karena hanya menikmati gaji suami.

Karakter Kim Ji Young berhasil ditampilkan dengan sempurna oleh Jun Yoo Mi. Melalui sosok Ji Young, penonton diajak memahami rumitnya dilema dan gejolak emosi yang dialami perempuan. Ia telah bersusah-payah menuntut ilmu hingga menjadi sarjana, namun ia tidak mendapat hak untuk menekuni karier yang menjanjikan. Ia selalu bekerja ekstra untuk melakukan pekerjaan rumah, namun usahanya tidak pernah diapresiasi dan hanya dianggap memang sudah sewajarnya melakukan itu.

Selain Jung Yoo mi aktris Kim Mi Kyung pemeran Mi Sook alias ibu dari Ji Young juga patut diberi standing appalause. Ia memerankan seorang ibu yang pernah mengubur impiannya demi keluarga, sehingga pengalamannya tersebut mampu membuatnya dengan mudah memahami beban yang dibawa oleh putrinya.

Meskipun film ini banyak ngasih liat kehidupan pernikahan yang sesungguhnya, tapi jangan buat kalian para cewe-cewe single untuk jadi takut menikah. Iya kalau memang tidak menikah itu menjadi pilihan kalian silahkan, tapi jangan jadikan film ini sebagai contoh dan buat ketakutan berlebih karena pada dasarnya hidup itu terus belajar, belajar memahami diri sendiri, belajar jadi istri, menantu maupun ibu. Aku sendiri sih ngga ada niatan untuk tidak menikah ya, menonton film ini justru aku jadikan sebagai pelajaran.



Pelajaran dalam hal agar bisa menemukan seorang yang tepat. Seseorang yang supportive, yang mau nerima aku apa adanya, bisa bimbing, mendukung apa yang aku cita-citakan, bisa diajak diskusi hingga akhirnya aku mengerti kalau sesuatu itu sebuah hal yang ngga baik. Kalau aku akhirnya bisa ketemu seseorang yang "tepat" aku merasa hidup aku lengkap sudah meskipun aku tahu hidup itu dinamis dan akan selalu ada masalah. Seperti digambarin di film ini kalau Gong Yoo (suami Ji Young) menjadi sosok yang sangat pengertian dan mendukung Ji Young tapi hidup kan selalu ada tantangannya, di film ini adalah tantangannya adalah mertua Ji Young sendiri.

Secara keseluruhan, film Kim Ji Young, Born 1982 menjadi tontonan yang sangat bermanfaat untuk meluaskan pandangan kita tentang kehidupan orang lain yang biasa kita pandang menyenangkan dan mudah belum tentu demikian. Setiap manusia memiliki penderitaan masing-masing. Semua manusia, termasuk perempuan, memiliki hak untuk mewujudkan impiannya tanpa dihakimi oleh orang lain. Untuk nilai aku kasih 9/10 karena emang bagus banget.

You May Also Like

0 komentar

Terima Kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan.