Review Buku: Habibie, Tak Boleh Lelah dan Kalah.(By Fachmy Casofa)

by - September 22, 2019

Hallo balik lagi nih sama aku, kali ini aku mau review buku: Habibie, tak boleh lelah dan kalah (By Fachmy Casofa). Sejak blog ini ada baru satu kali aku me-review sebuah buku, yaitu buku rentang kisah by Gitasav. Padahal ada beberapa buku juga yang sudah aku selesai baca, tapi entah kenapa setiap mau review buku itu terasa "berat". Ya meskipun buku yang sudah aku selesai baca ngga sebanyak film yang sudah aku tonton. Awal mula baca buku ini adalah karena kena "racun" pas nonton Youtube nya Vinaulia yang berjudul 10 buku yang wajib dibaca, lalu langsung tertarik sama buku "Habibie, Tak boleh lelah dan kalah" karena tampilan isinya yang lebih banyak visual daripada tulisannya. Lalu langsung saja aku menuju Gramedia untuk mencari buku tersebut. Buku ini bukan buku Biografi namun lebih ke arah menceritakan perjalanan Pak Habibie secara singkat sebagai seorang ilmuan yang sangat cocok dibaca diwaktu santai karena didalamnya terdapat gagasan-gagasan singkat dari beliau yang inspiring.




SINOPSIS

Bacharuddin Jusuf Habibie, lahir di Pare-Pare pada tanggal 25 Juni 1936 dari pasangan R.A Tuti Marini Puspowardojo dan Alwi Abdul Djalil Habibie. Semasa belianya, Habibie memiliki banyak nama panggilan . Di keluarganya, ia dipanggil Rudy. Dikalangan teman-temannya ia dipanggil Udding, singkatan dari Bacharuddin.

Selain menggemari naik kuda, kegemaran mengagumkan lainnya dari Habibie adalah membaca buku. Hebatnya, saking getolnya menggali ilmu dari buku, selalu membuat kakaknya, Titi Sri Sulaksmi, kesulitan mengajak Habibie main diluar. Bahkan, bila akhirnya sudah berhasil membujuknya main di luar pun, Habibie selalu ada saja cara untuk kemudian balik ke rumah,lalu menenggelamkan diri dalam lautan ilmu dengan membaca buku-buku.

Suara yang enak didengar juga dimiliki Habibie. Semasa belia, ia pernah menyabet piala dalam lomba menyanyi keroncong. Kala itu, ia dilatih olah vokal oleh kawan-kawan Titi Subono, kakak perempuannya. Kegemarannya membaca buku tidak menghalanginya untuk melakukan kegiatan lain yang ia suka seperi berenang, bermain layang-layang, ataupun bermain kelereng.

Habibie melanjutkan kuliahnya ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang sekarang bernama ITB. Namun, hanya enam bulan ia belajar di Universitas yang sekarang berlogo Ganesha tersebut, karena ia mendapat izin belajar di Jerman dari kantor Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan sistem delegasi.  Pada umur 19 tahun, Habibie berangkat ke Jerman. Setelah berada di negeri asal penemu mesin cetak itu, sang ibunda hanya bisa mengirimkan cinta lewat guyuran doa yang dipanjatkan setiap selesai shalat.

Di Jerman, Habibie belajar di Rheinisch Westfaelische Technische Honchschule Aachen, Fakultaet fuer Maschinenwesen, Aachen, Jerman, dengan jurusan Konstruksi pesawat terbang. Selepas kuliah S2 nya selesai, Habibie langsung diterima bekerja oleh perusahaan industri pesawat terbang yang terkenal di dunia. Kerja keras, dedikasi, serta hasil yang memuaskan dari Habibie, membuatnya naik jabatan hingga menjadi orang kedua perusahaan tersebut alias Vice President, yang mana satu-satunya orang Indonesia yang bisa mencapai jabatan setinggi itu di masa nya.

Setelah bekerja, Habibie sempat pulang ke Indonesia saat libur dari kerjanya dan saat itulah ia menikahi Ainun, yang mana merupakan adik kelasnya semasa SMA.

Dengan segala kerja keras dan membutuhkan waktu bertahun-tahun IPTN berhasil membuat pesawat buatan asli Indonesia yang bernama N-250/Gatotkaca yang merupakan pesawat dengan teknologi tercanggih yakni fly-by-wire yang hanya ada 3 di dunia. Prestasi yang sangat membanggakan seluruh warga Indonesia.

Mencapai titik prestasi seperti sekarang bukanlah dibangun Habibie dalam satu atau dua hari. Namun sejak dulu, dulu sekali, kala ia masih seorang bocah ingusan yang siapa pun pasti tak menyangka bahwa ia akan menjadi sosok yang bisa memberikan sumbangsih kemajuan sebesar itu.


Cerita selesai dan dilanjutkan dengan penjabaran dari 50 gagasan brilian dari Pak Habibie langsung. 50 gagasan yang mengandung unsur semangat perjuangan, nasionalisme, kerja keras, pendidikan, bahkan cinta menjadi akhir dari buku ini.


REVIEW

Buku ini memberikan stimulan pada pembaca tentang semangat berjuang dan nasionalisme yang kuat. Di dalam buku ini pembaca dimanjakan dengan banyaknya foto-foto Pak Habibie, baik bersama Ibu Ainun maupun keluarganya. Tapi kalau mau mencari buku Biografi yang singkat dan padat aku rekomendasikan untuk membaca "Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner" karya Gina S Noer, karena buku ini  hanya membahas sekilas tentang perjalanan Pak Habibie sebagai seorang ilmuan dari masa kecil hingga akhirnya berhasil menerbangkan pesawat pertama Indonesia dan lebih fokus ke pembahasan 50 gagasan brilian dari Pak Habibie.

Di dalam buku ini ada pertanyaan:
"Lebih suka jadi presiden atau bikin pesawat ?"
Jawabnya: "Saya lebih suka bikin pesawat. Semua rasional dan tidak ada pikiran yang tidak jujur dan tidak transparan, karean jikalau ada manipulasi, pesawat terbang akan jatuh".

Pak Habibie memang mantan (Presiden) terindah. Idealis sampai akhir. Salute!

Berikut aku kasih foto dari beberapa gagasan favorite di buku ini.








You May Also Like

2 komentar

Terima Kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan.