Review Film Korea Little Forest (2018) : (Indahnya Kehidupan Pedesaan)

by - Juli 08, 2019

Minggu 07 Juli 2019. Ya pada weekend kali ini gue memutuskan untuk nonton film Little Forest (2018), yang sebelumnya nongol di timeline twitter oleh cuitan salah satu following gue. Pas mau nonton gue ngga berekspetasi banyak akan film ini bahkan untuk nonton pun gue ngga baca sinopsis atau reviewnya dulu di google. Satu-satunya alasan yang bikin gue langsung nonton adalah karena cuitan tadi bilang bahwa film ini benar-benar ringan dan bikin pengin hidup dipedesaan. Iya, setelah gue tonton sendiri film ini benar-benar sejuk banget, mulai dari pemandangan hijau-hijau oleh sayuran, pegunungan, dan hutan-hutan. Gambaran empat musim di Korea yang begitu indah. Suasana pedesaan yang masih asri. Intinya sinematografi film ini benar-benar bagus banget (sangat memanjakan mata), nanti gue kasih foto-foto yang berhasil gue screenshoot di bawah ya. Nonton film ini membuat gue refreshing sejenak dari penatnya pekerjaan dan rasanya langsung ingin pulang kampung. Hihihi. Yaap, Film Little Forest (2018) menggambarkan betapa indahnya kehidupan pedesaan.


Poster Film Little Forest

SINOPSIS.

Lelah dengan kehidupan di kota besar dan tidak lulus ujian profesi guru, Hye Won (Kim Tae Ri) memilih untuk pulang ke kampung halaman. Ia kembali bertemu dengan teman-teman di kampung halamannya yaitu Jae Ha (Ryu Jun Yeol) dan Eun Sook (Jin Ki Joo).

Dulu, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan di Seoul karena bosan dengan kehidupan di desa dan ingin membuktikan pada sang ibu bahwa ia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik diluar sana. Namun ternyata semua tidak berjalan seperti yang ia harapkan.

Selama berada di desa, Hye Won mulai menemukan hal-hal baru yang bisa mengalihkan pikirannya yang kalut. ia menikmati makanan yang dimasak sendiri. Bercocok tanam dengan teman-temannya sampai ia lupa bahwa ia telah menghabiskan 4 musim berada di desa.

HONEST REVIEW.

Film Little Forest bisa dibilang film yang datar, karena memang tidak ada satu masalah yang serius di film ini yang harus dipecahkan bahkan untuk kisah percintaan pun nanggung. Karena gue kira akan terjadi kisah cinta segitiga di antara pertemanan tiga orang ini, namun nyatanya sampai film habis adegan kisseu pun tak ada. Jangankan kisseu pegangan tanganpun tak ada. Tapi sungguh dari "datar" nya film inilah yang buat menarik, kita penonton hanya disuguhi sinematografi yang begitu indah dan sangat layak untuk dinikmati.

Lalu sepanjang film isinya apa dong kalau plot nya sedatar itu? Tenang, meskipun tidak ada satu tema yang diangkat secara serius difilm ini tapi sungguh tidak rugi menonton film ini. Karena sepanjang film isinya adalah adegan masak-masak, dan masakan yang dimasak pun bisa dibilang kreatif. Karena Hye Won selalu menciptakan menu-menu baru. Bagi gue serasa sedang menonton variety show 3 melas a day.

Pas di awal film Eun Sook menanyakan pada Hye Won apa alasan dia pulang dan jawaban Hye Won adalah karena dia lapar. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa sepanjang film kebanyakan isinya adegan masak. Tapi memang tidak dipungkiri ketika Hye Won menjawab kalau dia pulang karena lapar, ya memang karena dia lapar. Dalam artian selama di Seoul dia jarang makan enak dan bosan dengan makanan instan. Nah sebagai orang yang merantau gue cukup relate, bahwa hal yang dirindukan dari kampung halaman adalah salah satunya masakan ibu.

Satu-satunya konflik yang cukup kuat dan dibahas di film adalah hubungan antara Hye Won dan ibunya. Yang sejak dia lulus SMA, sang ibu sudah pergi meninggalkannya dengan alasan yang tidak jelas menurutnya. Dia pergi dengan meninggalkan surat "alasan" kenapa dia pergi dan menitipkan dirinya kepada sang bibi. Dan itu membuat bahan gosip seluruh kampung yang entah bilang ibunya menikah lagi atau pergi entah kemana dan jadi apa yang sampai alamat tinggalnya pun tidak ada orang yang tahu.

Tapi seiring berjalannya waktu, Hye Won mulai mengerti apa "alasan" sebenarnya ibunya pergi. Yaitu untuk mengejar cita-cita yang belum bisa ia gapai sewaktu masih muda dulu, mengerti juga alasan kenapa dia ditinggal di desa itu sendirian tanpa membawanya ikut pergi bersama.

Antara cinta dan benci, begitulah hubungan Hye Won dengan ibunya. Meskipun awalnya tak suka, tapi lama-lama ia mengerti mengapa ibunya bersikeras hidup di desa daripada kembali ke kota setelah ayahnya meninggal. Nilai hidup ini akan ketahuan pelan-pelan sampai tiba di akhir cerita. Sebuah pengingat halus untuk terus menjalin hubungan baik dengan orang tua. Untuk nilai gue kasih 9/10.
































































You May Also Like

0 komentar

Terima Kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan.