Review Film Shoplifters (2018). Perspektif Keluarga Yang Luar Biasa dan Menarik.

by - Maret 24, 2020

Kemarin baru saja aku selesai nonton film Shoplifters (2018). Dari poster filmnya, terlihat jelas sekali kalau film ini bertema tentang keluarga, tapi setelah aku tonton ternyata film ini bikin saya mengambil nafas panjang dan merasa sayang kalau tidak menulis reviewnya di blog. Film ini benar-benar membekas di hati aku, film ini mengajarkan tentang pemaknaan ulang arti keluarga, perspektif keluarga yang luar biasa dan menarik. ada beberapa dialog dan adegan yang sangat membekas di hati. Mungkin inilah salah satu film yang bisa disebut film bagus, film yang bisa membuat penontonnya mengambil makna dari film tersebut. Memang kita tidak bisa memilih dari keluarga seperti apa kita dilahirkan. Tapi, Shoplifters (2018) mengajarkan mungkin ada baiknya kalau yang disebut keluarga adalah orang yang kita pilih sendiri.
"Usually you can't choose your own parents..But then, maybe it's stronger when you choose them yourself".








Sinopsis

Di suatu tempat di Tokyo, Osamu Shibata (Lily Franky) dan istrinya Nobuyo (Ando Sakura) hidup dalam kemiskinan. Sementara Osamu menerima pekerjaan sesekali dan Nobuyo memiliki pekerjaan bergaji rendah, sebagian besar keluarganya bergantung pada pensiun neneknya yaitu Hatsue Shibata (Kirin Kiki). Di keluarga mereka juga hadir anak pertama mereka bernama Aki Shibata (Mayu Matsuoka) yang bekerja sebagai wanita penghibur.

Ketika dalam perjalanan pulang setelah mengutil di sebuah pusat perbelanjaan dengan putranya, Shota (Jyo Kairi), mereka menemukan Yuri (Sasaki Miyu) , seorang gadis tunawisma. Osamu membawanya pulang, awalnya keluarga tidak setuju untuk mengadopsi Yuri karena keadaan mereka yang susah tapi saat Osamu dan Nobuya mencoba mengembalikkan Yuri ke rumahnya mereka menemukan orangtua Yuri sedang bertengkar dan mengetahui kalau Yuri bukan anak yang diharapkan lahir, mereka juga mengamati ada bukti kekerasan pada Yuri. Meskipun keuangan mereka tegang, mereka secara informal mengadopsinya.

Dalam perjalanannya diperlihatkan bagaimana mereka harus bertahan hidup dengan segala kesulitan yang ada dan menopang satu sama lain dalam keluarga satu atap ini. Plotnya sangat menarik karena akan disuguhkan sedikit twist mendekati akhir film.






Review

Shoplifters berfokus pada orang-orang terpinggirkan yang ada di masyarakat Jepang yang berjuang untuk mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Ini adalah kisah terntang orang-orang terbuang yang berusaha menambal kekurangan satu sama lain bersama dalam ikatan bernama "keluarga", orang-orang buangan yang percaya bahwa dorongan untuk bertahan hidup bersama dan menciptakan lingkungan pengasuhan yang baik lebih penting daripada kepatuhan yang ketat terhadap norma-norma masyarakat.

Osamu mengajarkan Shota untuk mengutil barang-barang yang ada di toko dengan mengatakan kepadanya barang-barang yang ada di rak toko bukan milik siapapun jadi mereka bebas mengambilnya, dan Nobuya juga menambahkan selama toko itu belum bangkrut tidak apa-apa kita mengutil di toko tersebut karena mereka juga mengutil untuk memenuhi kebutuhan mereka bukan untuk kejahatan.








Osamu juga mengatakan pada Shota hanya anak-anak yang pergi ke sekolah lah yang tidak bisa belajar di rumah itulah alasan kenapa Shota tidak sekolah. Sampai akhirnya Shota ketahuan mengutil dan harus dirawat oleh dinas perlindungan anak dan tinggal bersama anak lain yang bernasib sama seperti dirinya. Shota bertanya kenapa dia harus sekolah karena dia merasa sekolah hanya untuk orang bodoh, sang petugas dengan sabar menjelaskan ke Shota meskipun kamu pintar ada banyak hal yang hanya bisa dipelajari ketika sekolah seperti belajar bertemu orang baru, belajar berpikir, bersosialisasi dan lain-lain.

Sementara Shoplifters berisi unsur-unsur yang menyakitkan untuk ditonton, apa yang kita bawa bersama adalah empati Koreeda yang ditampilkan dalam keindahan momen kecil: sukacita perjalanan ke pantai, keintiman seksual di antara pasangan yang telah lama ditekan, dan ekspresi pada wajah anak kecil yang sadar, mungkin untuk pertama kalinya, bahwa mereka dicintai.

Saat-saat yang paling terasa dalam perkembangan hubungan keluarga ini adalah sewaktu makan bersama, sulit untuk menolak bahwa itu adalah bonding time yang keluarga ini lakukan. Perjalanan ke pantai secara alami mengarah dalam pendidikan seks antara ayah dan anak.

Salah satu isu yang digambarkan dengan tegas adalah penelantaran anak-anak."Apakah anda otomatis menjadi ibu ketika anda sudah melahirkan seorang anak?" ujar Nobuya dalam sebuah adegan. Dialog ini menjadi sebuah sindiran keras bagi para orangtua yang merasa sudah menjadi "orangtua"hanya karena mampu melahirkan seorang anak, tanpa siap untuk membesarkan anak dengan cara yang tepat dan penuh kasih.









Ada juga satu adegan  yang begitu menyentuh ketika Yuri khawatir pada Shota yang saat itu belum pulang sampai malam, disitu Nobuya sudah merasakan bahwa Yuri sudah menganggap Shota seperti keluarga dan kakaknya sendiri padahal Nobuya berpikir anak-anak seperti Yuri yang lahir dari seorang ibu yang berharap tidak melahirkannya, biasanya akan tumbuh untuk tidak peduli dengan orang lain dan lebih khawatir dengan masalahnya sendiri tapi Yuri tidak.










Para tokoh digambarkan sebagai pribadi yang hendak berusaha keras mencukupi kebutuhan hidup meski harus bertentangan dengan hukum dan norma masyarakat.

Shoplifters dan pemaknaan terhadap keluarga sebagai tempat di mana kita bisa merasakan aman dan tentram meski bukan sedarah. Untuk nilai aku kasih 9/10.



You May Also Like

0 komentar

Terima Kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan.